Mengenali Aliran Sesat Dengan Pintar
Sabtu, 30 Januari 2016
BuzzThread - Di negeri ini, aliran sesat bermunculan bak jamur di musim penghujan. Hilang satu aliran sesat, lahirlah aliran sesat lainnya. Menjadi rentetan fitnah terhadap kaum Muslimin, kemunculan aliran sesat ini seharusnya menjadi perhatian serius, baik oleh individu, pemuka agama, maupun otoritas yang berwenang.
Untuk mengenali apakah sebuah aliran termasuk sesat atau tidak, ada 4 hal yang bisa kita gunakan dalam melakukan identifikasi. 4 cara cerdas mengenali aliran sesat ini disampaikan oleh mantan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Kiyai Haji Ali Mustafa Yakub (Dialog Jumat Republika, 22/1).
1. Fanatisme
Sebagai ciri yang pertama, aliran sesat merupakan kelompok yang merasa paling benar dan menyalahkan semua orang/kelompok di luar mereka. Berbeda dengan perkara-perkara cabang, kelompok sesat biasa berbeda dalam hal-hal pokok terkait agama ini.
Misalnya, mereka meyakini adanya Nabi terakhir setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, meyakini pemimpinnya sebagai sosok malaikat apalagi tuhan. Lantaran kejahilan di dalam dirinya, mereka pun merasa bahwa keyakinan itu benar, lalu membelanya dengan cara yang sangat fanatik.
2. Radikal
Sikap radikal lahir karena fanatisme yang sangat berlebihan. Sebagai bentuk tindakan membela, pengikutnya tak segan, tidak merasa sungkan atau takut untuk melakukan berbagai tindakan kekerasan terhadap orang di luar kelompoknya.
Yang paling identik dalam hal ini adalah pelaku teroris. Dengan berbagai dalih yang dibungkus seolah-olah suci dan bersih, mereka tega membunuh manusia, padahal tindakan kekerasan sangat dibenci oleh Islam. Bahwa terhadap hewan saja kaum Muslimin diperintah berbuat baik, lebih-lebih lagi kepada sesama manusia.
3. Tertutup
Mereka tertutup. Tidak mau diketahui oleh masyarakat Muslim secara luas dan terbuka. Cenderung mengurung diri dan hanya berinteraksi dengan sesama anggota kelompoknya. Bahkan, mereka cenderung menghindar jika didekati sebab khawatir jika kelompoknya diketahui oleh masyarakat umum.
4. Ghuluw (Berlebihan)
Inilah ciri yang terakhir, berlebih-lebihan dan memiliki kecenderungan mempersulit diri sendiri. Berlebih-lebihan sendiri terbagi ke dalam dua sisi. Ialah menambahi atau mengurangi. Sikap yang lahir karena kebodohan ini merupakan induk lahirnya sikap ekstrem yang ada di setiap agama.
Syi’ah, misalnya, mereka berlebih-lebihan dalam memperlakukan Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib hingga menganggapnya sebagai sosok yang terjaga dari dosa, golongan Nabi, bahkan dituhankan. Dalam waktu yang bersamaan, mereka juga berlebih-lebihan dalam mendiksreditkan para sahabat utama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang seharusnya dimuliakan.
sumber : bersamadakwah.net