Hal Lain yang Terjadi di Surga

Senin, 15 Februari 2016


BuzzThread - Pertemuan Mukmin Dengan Anak Keturunannya

Allah ta’alaa berfirman,

“Dan orang-orang yang beriman, dan keturunan mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan keturunan mereka dengan mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Ath-Thuur: 21)

Qais meriwayatkan dari Amr bin Murrah dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas Radliyallahu ‘anhumaa yang berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah mengangkat keturunan orang beriman kepadanya di derajatnya meskipun amal perbuatan keturunannya tersebut tidak sama dengannya. Hal ini agar mata orang beriman terhibur dengan kehadiran mereka.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutip ayat, “Dan orang-orang yang beriman, dan keturunan mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan keturunan mereka dengan mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Ath-Thuur: 21)
Ibnu Abbas berkata, “Artinya bahwa Kami (Allah) tidak membedakan para orangtua dengan para nabi dalam pemberian nikmat.”

Penghapusan Semua Bentuk Ibadah Kecuali Doa

Imam Muslim dalam Shahihnya meriwayatkan hadits dari Jabir bin Abdullah Radliyallahu ‘anhumaa bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Di surga, penghuni surga makan dan minum. Mereka tidak mengeluarkan dahak, tidak buang air besar, dan tidak buang air kecil. Makanan dan minuman mereka berubah menjadi sendawa dan keringat mereka seperti kesturi. Mereka diilhamkan bertasbih dan memanjatkan puji-pujian kepada Allah sebagaimana diilhamkan bernafas.”

Dalam riwayat lain, “Mereka bertasbih dan takbir seperti kalian bernafas.”

Maksudnya bahwa tasbih dan takbir penghuni surga terjadi berbarengan dengan nafas mereka sebagaimana kalian diilhamkan bernafas.

Nostalgia Penghuni Surga

Allah ta’alaa berfirman,

“Lalu sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain sambil bercakap-cakap. Berkatalah salah seorang di antara mereka, ‘Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman…..” (Ash-Shaffaat: 50-51)

“Dan sebagian mereka menghadap sebagian yang lain saling menanyakan. Mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diadzab). Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka.” (Ath-Thuur: 25-27)

Ibnu Abu Dunya menyebutkan hadits dari Rabi’ bin Shabih bin Hasan dari Anas bin Malik yang meneruskannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Jika penghuni surga telah memasuki surga, maka setiap orang dari mereka merindukan pertemuan dengan saudaranya yang lain. Maka ranjang si fulan berjalan menuju ranjang si fulan. Ranjang si fulan berjalan menuju ranjang si fulan hingga keduanya bertemu dan si fulan ini bersandar di pundak si fulan. Salah seorang bertanya kepada sahabatnya, ‘Tahukah engkau, kapan Allah memberi ampunan kepada kita?’ Sahabatnya menjawab, ‘Pada hari ini dan itu di tempat ini dan itu, kita berdoa kepada Allah lalu Allah memberi ampunan kepada kita.”

Jika mereka bernostalgia seperti itu, maka tentunya nostalgia mereka dalam masalah-masalah keilmuan, mempelajari al-Qur’an, Sunnah dan penelitian hadits, tentunya itu lebih memungkinkan. Sebab bernostalgia mengingat-ingat masalah-masalah keilmuan di dunia saja lebih mengasyikkan ketimbang, makan, minum, dan seks. Di surga, tentunya lebih mengasyikkan! Inilah kenikmatan spesial untuk para pencari ilmu.

Bahasa Penghuni Surga

Ibnu Abu Dunya berkata, bahwa berkata kepada kami Qasim bin Hasyim yang berkata, bahwa berkata kepada kami Shafwan bin Shalih yang berkata, bahwa berkata kepadaku Rawad bin Jarrah al-Asqalani yang berkata, bahwa berkata kepada kami Auza’i dari Harun bin Rabab dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu yang berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Nanti penghuni surga memasuki surga dengan postur tubuh seperti Adam; tingginya enam puluh hasta orang dewasa, dengan wajah-wajah tampan seperti Yusuf, dengan usia seperti usia Isa; tiga puluh tiga tahun, dengan lidah fasih sefasih Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, rambutnya tidak tebal, belum berjenggot dan bercelak.”

Daud bin Hushain meriwayatkan dari Ikrimah dari Ibnu Abbas yang berkata, “Bahasa sehari-hari penghuni surga adalah bahasa Arab.”

Aqil berkata, dari Zuhri berkata, “Bahasa sehari-hari penghuni surga adalah bahasa Arab.”

Protes Surga dan Neraka

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, disebutkan hadits dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda,

“Neraka dan surga mengajukan protes kepada Allah. Neraka berkata, ‘Allah memasukkan kepadaku orang-orang yang sombong dan congkak!’ Surga berkata, ‘Allah memasukkan kepadaku orang-orang lemah lagi miskin!’ Allah ‘Azza wa Jalla berfirman kepada neraka, ‘Engkau adalah adzab-Ku. Denganmu, aku menyiksa siapa saja yang Aku kehendaki!’ Kepada surga, Allah berfirman, ‘Engkau adalah rahmat-Ku. Denganmu, Aku memberi rahmat kepada siapa saja yang Aku kehendaki. Sesungguhnya masing-masing dari kalian berdua mempunyai penghuni sendiri.’” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Tempat Kosong di Surga

Dalam Shahihain, disebutkan hadits dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda,

“Setiap kali dilemparkan orang-orang kafir ke dalam neraka Jahannam, neraka Jahannam berkata, ‘Apakah masih ada tambahan lagi?’ Namun ketika Rabbul-Izzah menginjakkan Kaki-Nya di atasnya, maka sebagian neraka menindih sebagian yang lain. Sedang di surga, maka selalu ada tempat kosong dan Allah menciptakan makhluk baru kemudian menempatkan mereka di dalamnya.”

Menurut versi Muslim yang lain,

“Di surga, tersisa tempat yang luasnya seperti dikehendaki Allah. Kemudian Allah menciptakan makhluk baru dan menempatkan mereka di dalamnya.”

Menurut versi Muslim yang lain,

“Di surga, tersisa tempat kosong yang merupakan bagian dari yang dikehendaki Allah.”

Penghuni Surga Tidak Tidur

Ibnu Mardawih dari Sufyan ats-Tsauri dari Muhammad bin Munkadir dari Jabir bin Abdullah Radliyallahu ‘anhumaa yang berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidur adalah saudara kandung kematian. Di surga, penghuni surga tidak tidur.”

Thabrani menyebutkan dari Yahya bin Sa’id al-Anshari dari Muhammad bin Munkadir dari Jabir bin Abdullah Radliyallahu ‘anhumaa yang berkata,

“Ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Apakah penghuni surga tidur di surga?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidur adalah saudara kandung kematian. Di surga, para penghuni surga tidak tidur.”

Kenaikan Derajat

Imam Ahmad berkata, bahwa berkata kepada kami Yazid yang berkata, bahwa berkata kepada kami Hammad bin Salamah dari Ashim bin Abu Nujud dari Abu Shalih dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah menaikkah derajat hamba yang shalih di surga. Orang tersebut bertanya, ‘Wahai Tuhan-ku, kenapa aku mendapatkan kenaikan derajat seperti ini?’ Allah berfirman, ‘Itu karena permohonan ampunan untukmu oleh anakmu.’”

sumber : Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. “Hadil Arwaah ila Bilaadil Afraah” atau “Tamasya ke Surga“. Terj. Fadhil Bahri, Lc. Bekasi: Darul Falah. 2015


0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar test